Sehingga adat istiadat dan tradisi Indonesia tetap terjaga dan tidak tergantikan oleh kebudayaan bangsa lain. Sumber : Nahak, Hildigaris M.I. 2019. "Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi". Dalam Jurnal : Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.5, No.1 hlm.165-175. Kupang : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana. 1 Bagi orang yang belum mengetahui makna konflik, berusahalah untuk memahami, agar tata nilai dalam masyarakat ataupun diri pribadi dapat terbentuk dengan baik. 2. Bagi orang yang sudah mengetahui makna konflik,berusahalah mengamalkan pengetahuanya itu untuk orang lain,berusaha menjadi contoh yang baik dalam masyarakat. 3. Nusantara sendiri berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kepulauan sedangkan antara artinya diapit. Oleh karena itu, nusantara memiliki arti kepulauan yang diapit atau berada ditengah-tengah. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan Maksudarti kata dari nasionalis kata berbahasa Inggris maupun Indonesia. Definisi pengertian dari nasionalis . Definitions of words in Indonesian and English. Synomyms, Dictionary, Sinonim, Kamus, dan lain-lain. kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. B. TUJUAN. Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang apa saja landasan dan dari pendidikan Pancasila. sendiri. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia. Jawaban : Pendidikan emosional dan olah rasa. 9. Dasar utama yang dicita-citakan Ki Hadjar Dewantara untuk mencapai keluhuran manusia, nusa dan bangsa adalah kemerdekaan setiap murid untuk mampu mengatur dirinya sendiri agar seperti tersebut di bawah ini, kecuali. Jawaban : Mengatur orang lain. 10. Sejak reformasi, banyak yang memikirkan kamarnya sendiri-sendiri dan eksklusif. Padahal, kebhinnekaan dalam keberagaman itu haruslah inklusif," tambahnya. Sebagai informasi, seminar nasional ini dihadiri oleh 150 peserta, yang berasal dari komunitas sejarah dan pecinta museum, instansi terkait, guru-guru SMP dan SMA se-DKI. Menontondrama Korea menjadi pelipur lara. Rupanya, ada pria-pria lajang di luar sana yang romantis, kaya, tampan, suka beberes, dan kasih kejutan. Pokoknya mendekati sempurna, cuma beda agama. Tapi, selama bendera kuning belum berkibar, masih ada harapanlah. Optimisme harus selalu dikobarkan, semustahil apa pun itu. vlHJ1. Jawaban ✅ untuk PENCINTA NUSA DAN BANGSA SENDIRI ORANG YANG MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN BANGSANYA dalam Teka-Teki Silang. Temukan jawaban ⭐ terbaik untuk menyelesaikan segala jenis permainan puzzle Di antara jawaban yang akan Anda temukan di sini yang terbaik adalah nasionalis dengan 10 huruf, dengan mengkliknya Anda dapat menemukan sinonim yang dapat membantu Anda menyelesaikan teka-teki silang Anda. Solusi terbaik 0 0 Apakah itu membantu Anda? 0 0 Frasa Jawaban Huruf Pencinta Nusa Dan Bangsa Sendiri Orang Yang Memperjuangkan Kepentingan Bangsanya Nasionalis 10 Bagikan pertanyaan ini dan minta bantuan teman Anda! Apakah Anda tahu jawabannya? Jika Anda tahu jawabannya dan ingin membantu komunitas lainnya, kirimkan solusi Anda Serupa Penguatan pendidikan karakter PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatit mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. Demikian sebagaimana disebutkan dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 Pasal tiga 3. Berikut nilai-nilai karakter yang dikuatkan dalam rangka penguatan pendidikan karakter sebagaimana dalam kurikulum 2013 revisi 2017 a. Religius Religius dapat diartikan sebagai bersifat keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan Secara implementatif, religius bisa berarti hubungan seseorang dengan Allah swt, sesama, dan, alam sekitar. Adapun indikator nilai yang diharapkan adalah beriman, bertakwa, bersih, toleransi, dan cinta lingkungan. Indikator 48 tersebut dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan sekolah dalam rangka perayaan hari keagamaan, anti kekerasan, dan lain-lain. b. Nasionalis Nasionalis berarti pecinta nusa dan bangsa Nasionalis juga bisa diartikan sebagai kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Nilai-nilai yang relevan dari pada nasionalis adalah cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan menghargai kebhinnekaan, yang implementasinya dapat dilakukan melalui program bela negara, deradikalisasi, guru garis depan, seniman masuk sekolah, belajar bersama maestro, dan OSN, O2SN, FLS2N. c. Integritas Secara etimologis, integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan Karakter ini dapat dinilai melalui tingkat kejujuran, keteladanan, kesatuan, dan cinta pada kebenaran. Adapun upaya yang dapat dimaksimalkan adalah pada kegiatan pembelajaran delapan Jam anti korupsi di kelas, ataupun dengan upaya lainnya yang relevan. d. Mandiri Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tangguh, dan memiliki etos kerja yang 49 Ibid, 50 Indikatornya, peserta didik kerja keras dalam segala hal, kreatif, disiplin, berani, dan memiliki jiwa pembelajar. Penguatan pendidikan karakter ini dapat ditempuh melalui literasi kepala sekolah sebagai manajer, vokasi sarprasdik, dsb. e. Gotong royong Gotong royong berarti kerjasama52, solidaritas, saling menolong, dan kekeluargaan. Implementasinya adalah melalui program Indonesia pintar PIP atau kartu Indonesia pintar KIP, sekolah lima hari, dan komite sekolah. B. Pembiasaan Shalat Duha Berjamaah 1. Pengertian Pembiasaan Secara etimologis, pembiasaan berasal dari kata “biasa”, yakni seperti sedia kala atau seperti yang Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses, sehingga pembiasaaan dapat diartikan sebagai suatu proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan habituation sebenarnya terfokuskan pada pengalaman yang dilakukan 51 Ibid, h. 710 52 Ibid, h. 370 53 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta PT Media Pustaka Phoenix, 2010, h. 125 secara Sedangkan yang dibiasakan ialah sesuatu yang diamalkan, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Ramayulis, bahwa Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Adapun hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi peserta Pembiasaan menurut Armai Arief adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan peserta didik dalam berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Dalam hal ini, ciri khas dari metode pembiasaan adalah Pembiasaan juga merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan, mengingat manusia mempunyai sifat-sifat lupa dan Zakiyah Darajat mengatakan, bahwa dengan pembiasaan dan latihan akan terbentuk sikap tertentu pada peserta didik yang secara bertahap sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyah lagi karena telah masuk menjadi bagian dari Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa seseorang yang terbiasa dilatih maka dia akan mejadi seorang yang terlatih ahli, sebaliknya jika anak tidak terbiasa dilatih maka tidak akan menjadi 54 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung PT Rosdakarya, 2007, h. 144 55 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 1998, h. 184 56 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Press, 2002, h. 110 57 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kencana Pernada Media, 2006, h. 176 58 terlatih. Dalam hal ini peserta didik menjadi pandai karena sudah dilatih secara terus menerus, sehingga apa yang telah diajarkan tertanam dalam dirinya dan menjadikan peserta didik memiliki kompetensi yang lebih untuk menjalani proses belajar pada tahap selanjutnya. Agar pembiasaan yang diterapkan maksimal, dan memberikan hasil yang tepat sasaran. Maka perlu memperhatikan syarat-syarat di bawah ini a. Pembiasaan dilakukan sedini mungkin. Jadi, sebelum peserta didik mempunyai kebiasaan-kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal positif yang akan dibiasakan. b. Pembiasaan bersifat kontinuitas berulang-ulang dan konsisten, artinya pembiasaan dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis, dan reflektif. Untuk itu, dibutuhkan pengawasan dan pengontrolan yang maksimal dalam pembiasaan tersebut. c. Pendidikan melalui metode pembiasaan dilakukan secara konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Sedikit mungkin memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melanggar yang telah ditetapkan. Selain itu, pembiasaan juga memperhatikan konsekuensi yang akan muncul atas nilai-nilai yang telah dibiasakan. d. Pembiasaan didasarkan pada ketulusan dan dilakukan tanpa tendensi mekanistis, namun secara perlahan harus semakin bisa dilakukan dengan kesadaran tinggi dan Pentingnya metode ini digunakan dalam pendidikan, sejalan dengan sabda Rasulullah saw. ْنَع َةَرْ بَس َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُالله ىَّلَص ُِّبَِّنلا َلاَق َلاَق ، َِّبَِّصلا اوُرُم اَهْ يَلَع ُهوُبِرْضاَف َينِنِس َرْشَع َغَلَ ب اَذِإَو ،َينِنِس َعْبَس َغَلَ ب اَذِإ ِة َلََّصلِبِ » 60 Dari Sabrah, berkata Nabi saw. bersabda “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. HR. Abu Dawud Di dalam hadits di atas, Rasulullah saw. memerintahkan untuk memberi peringatan kepada anak, agar terbiasa menjalankan shalat, dan memberi hukuman, berupa pukulan yang mendidik, agar sekali-kali anak tidak meninggalkan shalat. Hal ini dikarenakan shalat adalah kewajiban individual, yang biasa dijadikan sebagai parameter kehidupan seseorang, sebagaimana dijelaskan oleh Abu al-Sa‟ud al-„Imadi dalam Tafsirnya ُداَمِع ُة َلََّصلا ِنْيِّدلا 61 “Shalat adalah tiang agama” 59 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 60 Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy‟ats ibn Ishaq al-Azdy al-Sirajistani, Sunan Abi Dawud, Kairo Dar al-Hadits, tt,Juz. 1, h. 133 61 Abu al-Sa‟ud al-„Imadi Muhammad ibn Muhammad ibn Mushthafa, Tafsir Abi al-Sa‟ud, Beirut Dar Ihya al-Turats al-„Araby, tt, Juz. 1, h. 29 Di samping itu, pendidikan anak usia tujuh sampai 10, sebagaimana dalam hadits tersebut adalah pendidikan fase terbaik. Hal ini dikarenakan dalam fase ini, anak mulai mampu mengintegrasikan antara isyarat internal dan eksternal, dan kemudian diinternalisasi menjadi perilaku atau perbuatan yang Untuk itu, pendidikan masa sekolah diharapkan mampu menciptakan kultur atau budaya yang positif, sehingga menghasilkan peserta didik yang berpegang teguh pada nilai-nilai positif, sebagaimana terkandung dalam budaya yang telah mengakar di sekolah. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI menyebut kata “nasionalis” dengan dua pengertian, pertama, pecinta nusa dan bangsa sendiri dan kedua, orang yang memperjuangkan kepentingan bangsanya; patriot. Sedangkan patriot adalah pencinta pembela tanah patriotisme adalah nama lain dari semangat cinta tanah air. Dalam KBBI, patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah tiada sesuatu yang membuat Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, salah seorang pemerhati bahasa dan sastra Arab 1886 M-1944 M yang tinggal di Beirut, Libanon, daripada orang yang mengaku sebagai seorang nasionalis yang menebus kejayaan tanah airnya dengan darah dan hartanya, tetapi justru dia yang paling kuat meruntuhkan sendi-sendi kebangsaan dengan pelbagai kezaliman dan potensi yang ada Kitab Izhatun Nasyi’in Nasihat untuk Para Pemuda, karya yang ditulis di Beirut pada 1913 M, Syekh Musthafa Al-Ghalayaini menyimpulkan bahwa seorang anak bangsa yang mengaku sebagai seorang nasionalis pada kenyataannya juga dapat berbohong melalui pernyataan palsu karena tidak cocok dengan كل من ينادي بالوطنية وطنيا حتى تراه عاملا للوطن بما يحييه باذلا ما عز وهان في سبيل ترقيه يسعى مع الساعين في إعلاء شأنه وينصب مع الناصبين في حفظ كيانهArtinya, “Tidak setiap orang yang mendakwakan diri sebagai seorang nasionalis adalah nasionalis sejati kecuali kau menyaksikan dia berbuat sesuatu untuk menghidupkan tanah airnya, mendermakan barang berharga miliknya, rela terhina untuk meninggikan harkat bangsanya, terlibat bersama rekan seperjuangan demi mengangkat negerinya, dan rela bersusah payah dan letih bersama yang lain dalam menjaga eksistensi tanah airnya,” Lihat Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Izhatun Nasyi’in, [Beirut, Sayida 1953 M/1373 H], cetakan kesembilan, halaman 81.Menurut Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, tidak sedikit anak bangsa yang berteriak kencang sebagai nasionalis sejati. Ternyata ia adalah seorang nasionalis gadungan karena perilakunya justru seperti kanker yang menggerogoti keutuhan negara dan من يسعى فيما يفت في عضده ويكسر في ساعده فقد بعد ما بينه وبين الوطنية ولو رفع عقيرته وملأ الأقطار صراخا ونادى في الأمة أن أني من الوطنيين المخلصينArtinya, “Adapun orang yang berupaya mencerai-beraikan kekuatan negaranya dan menghancurkan pilar-pilar bangsanya, maka ia jauh dari sikap nasionalisme meski teriakannya lantang memenuhi kolong langit setiap pelosok negerinya dan meski dia berkata di tengah rakyat, Saya seorang nasionalis tulen,’” Lihat Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Izhatun Nasyi’in, [Beirut, Sayida 1953 M/1373 H], cetakan kesembilan, halaman 81.Syekh Musthafa Al-Ghalayaini pada karyanya terutama tema Al-Wathaniyyah Nasionalisme menjelaskan sikap seorang nasionalis sejati. Menurutnya, seorang nasionalis tulen akan mengorbankan diri demi kemaslahatan negeri dan الحق هي حب إصلاح الوطن والسعي في خدمته، والوطني كل الوطني من يموت ليحيا وطنه ويمرض لتصح “Sikap nasionalisme sejati adalah semangat memperbaiki tanah air dan berupaya mengabdikan diri untuknya. Sedangkan seorang nasionalis tulen adalah orang yang rela mengorbankan nyawanya demi kejayaan tanah airnya dan rela sakit menderita demi keselamatan rakyatnya,” Lihat Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Izhatun Nasyi’in, [Beirut, Sayida 1953 M/1373 H], cetakan kesembilan, halaman 82.Syekh Musthafa Al-Ghalayaini yang juga penulis kitab nahwu Jamiud Durus Al-Arabiyyah, sebuah kitab nahwu rujukan di kampus-kampus Islam negeri di Indonesia, mengingatkan para pemuda akan kewajiban-kewajiban anak bangsa terhadap tanah إن للوطن على أبنائه حقوقا فكما لا يكون الابن ابنا حقيقيا حتى يقوم بواجب الأبوة فكذلك ابن الوطن لا يكون ابنا بارا حتى ينهض بأعباء خدمته ويدفع عن حماه المؤذين ويذود عن حياضه المدلسين Artinya, “Ketauhilah bahwa anak bangsa atau putra tanah air memiliki kewajiban. Seseorang tidak dapat dikatakan berbakti sebelum ia menjalankan kewajiban khidmat terhadap orang tuanya. Demikian juga seorang anak bangsa. Ia takkan disebut anak bangsa yang berbakti sebelum bangkit berkhidmat memikul beban negerinya, membela kedaulatan negaranya dari ancaman pihak-pihak yang jahat, dan melindungi sumber daya bangsanya dari para penipu,” Lihat Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Izhatun Nasyi’in, [Beirut, Sayida 1953 M/1373 H], cetakan kesembilan, halaman 82.Meski Kitab Izhatun Nasyi’in berarti Nasihat untuk Para Pemuda, pesan-pesan Syekh Musthafa Al-Ghalayaini ini layak diperhatikan oleh semua elemen bangsa dari pelbagai usia dan latar belakang agama, suku, rasa, dan Syekh Musthafa Al-Ghalayaini dalam Bahasa Arab ini memang ditulis di Beirut pada 1913 M silam. Meski demikian, semangat nasionalisme yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan relevan untuk semua anak bangsa di dunia, termasuk anak bangsa Indonesia saat ini karena cinta tanah air berkaitan erat dengan keimanan seseorang. Wallahu a’lam. Alhafiz K